Menengok Kesetiaan
Publik Sidoarjo
Kejenuhan
dan kebosanan barangkali mungkin sudah menjadi sesuatu yang akrab dengan
supporter Deltras Sidoarjo, Deltamania. Bagaimana tidak, Klub kesayangan mereka
Deltras, akhir-akhir musim ini selalu naik turun grafik permainannya.
Musim
lalu, Deltras berlaga di Indonesia Super League kasta tertinggi Sepak bola
Indonesia dibawah naungan PT. Liga Indonesia. Tapi naas saat pemain-pemain
bintang berdatangan macam sebut saja Budi Sudarsono, Mijo Dadic, Wawan
Hendrawan serta kembalinya Juan Revi, Purwaka serta Waluyo tak mampu membuat
Deltras bersaing setidaknya di klasemen papan atas. Justru mereka terpontang
panting di zona degradasi dan akhirnya mereka harus kembali berlaga di pentas
Divisi Utama seperti 2 musim yang lalu.
Start
dari nol pun kembali dimulai. Perlahan Deltras bangkit dan mulai menjalani
seleksi pemain hingga akhirnya terbentuk squad yang ada saat ini (Cek squad
Deltras musim ini di http://www.deltras-fc.com/squad/) . Menengok jumlah
supporter yang hadir di 3 Pertandingan DU (Re: Divisi Utama) musim ini memang
terlihat penurunan Deltamania yang hadir ke Stadion. Tengok di Pertandingan
pembuka saat awaydays kontra Persekam Metro FC di Kanjuruhan Malang, Tidak
lebih dari 500 Deltamania yang hadir disana. Saat awaydays kedua kontra Persid
Jember, juga tak lebih 300-an saja yang berangkat. Dan saat pertandingan Home
pertama lawan Perseba Bangkalan, tidak lebih dari 5000 penonton yang hadir di
GDS. Lihat masih banyak bangku VIP Utama dan Ekonomi yang terlihat kosong tanpa
penghuni.
Sebenarnya memang yang saya amati
penonton di Sidoarjo ini, tidak lepas oleh pemikiran tentang “Glory Hunter”,
yaitu mendukung jika hanya tim tersebut mengalami grafik kemenangan dan
cenderung malas mendukung jika mengalami tren kekalahan beruntun.
Faktanya
kita lihat pertandingan ISL musim lalu, setelah bermain kandang 4 kali
berturut-turut kontra PSMS, Mitra Kukar, Persisam dan Persidafon yang semua
berakhir tanpa kemenangan, membuat Deltamania enggan berangkat ke GDS saat
pertandingan Persiwa dan Persipura. Memang ada yang berangkat tapi panpel
menyatakan hanya sekita 1500-2000 tiket yang terjual pada saat itu. Well ISL?
Sidoarjo
memang ‘galau’ soal supporter sepak bola yang ada di kota udang. Tidak munafik,
Kota ini juga sudah dikuasai oleh supporter Bonek dan Aremania. Sementara yang
‘Sadar’ untuk mendukung tim lokalnya memang masih terbilang labil. Tapi meski
berapapun yang hadir di Stadion mereka patut diacungi jempol. Pengorbanan
membolos sekolah, ijin kerja hingga nyawa pun jadi taruhan seketika musnah saat
melihat Deltras meraih kemenangan.
Suporter
yang tetap setia inilah yang membuat sepak bola kita tetap menarik untuk
dinikmati, untuk tetap dijaga agar terus ada, dan tetap menarik untuk
dituliskan. Tanpa kehadiran mereka, sepak bola tak ubahnya sayuran yang tanpa
garam. Suporter ini sendiri nantinya bisa dilihat sebagai potensi bisnis untuk
membantu keuangan klub. Dan yang juga penting, suporter patut mendukung tim
secara positif, bukannya membuat kericuhan dan terus memelihara kesetiaan
mereka bagi klub tercinta. Semoga publik Sidoarjo senantiasa setia pada Deltras
yang sedang berproses untuk bangkit dan berusaha menjadi salah satu klub top di
Indonesia.
Artikel From = Rahmadio Fahmi Kurniawan (@RahmadioF)
0 komentar:
Post a Comment